Selasa, 01 September 2009

Al Muttaqin Akui Mudah Disusupi Noordin Cs


BLITAR, Beranda - Pengasuh Pondok Pesantren Al Muttaqin Desa Babadan Kecamatan Kesamben Kabupaten Blitar Muhammad Fatkhul Al Hamdani alias Abu Hilal Alhamdani (40) yang saat ini mengaku tengah diawasi intelijen terkait pelarian kelompok Noordin M Top, mengakui jika ponpesnya memang rawan disusupi orang asing.

Sebab ponpes Muhammadiyah yang berdiri sejak tahun 2005 itu, hingga kini belum memiliki sistem administrasi yang jelas bagi santri yang menimba ilmu di sana. Asrama tempat santri menginap masih dalam pembangunan.

"Memang rawan dimasuki orang asing. Karena santri di sini bersifat santri kalong, yakni santri yang tidak menginap. Apalagi kita memberlakukan konsep Nasrul Fikrah atau penyebaran fikiran, yang itu membuat ponpes ini terbuka untuk siapa saja yang mau datang kemari, " ujar Abu Hilal kepada Seputar Indonesia.

Namun kendati demikian, pria yang pernah menimba ilmu di Arab Saudi selama delapan tahun dan sekarang sebagai Ketua Majelis Tarjih Pimpinan Muhammadiyah Blitar ini, mengaku belum pernah menerima tamu yang tergolong aneh dan terkait kelompok teroris Noordin M Top. Semua yang datang ke pondoknya memang berniat belajar, bukan mencari tempat persembunyian.

"Kalau yang rutin nyantri sekitar 40 an orang berusia dewasa. Dan mereka memang berniat belajar. Kecuali ada satu dua orang yang saya pikir petugas intelijen yang bertujuan memata-matai kegiatan ibadah kami," terangnya.

Apakah akan melaporkan ke aparat jika menjumpai tamu yang terkait dengan kelompok teroris? Dengan tersenyum, pria yang selalu menjaga penampilan dengan baju gamis, sorban dan jenggot panjang ini, hanya menganggukkan kepala.

Namun untuk ke depan, ayah lima anak yang sengaja tidak melihat televisi atau membaca koran, kecuali media massa terbitan Muhammadiyah ini berjanji akan memberlakukan sistem administrasi di ponpesnya.

Ia akan mencoba melakukan pendataan identitas bagi setiap orang yang masuk untuk kepentingan nyantri atau sekedar bertamu di ponpesnya. "Untuk mendatang, kami akan meminta identitas yang kemari. Agar ponpes kami tidak rawan disusupi," pungkasnya.

Seperti diketahui, di wilayah Blitar banyak ponpes yang tidak menerapkan sistem administrasi. Ponpes yang biasanya memberlakukan pendidikan klasik ini menerima secara terbuka orang lain yang ingin menimba ilmu.

Seperti diberitakan, ponpes Al Muttaqin asuhan Abu Hilal dicurigai aparat menjadi tempat persembunyian kelompok teroris Noordin M Top. Sejak awal Ramadan hingga sekarang, Abu Hilal mengaku telah diawasi petugas intelejen. Karena pengawasan itu, Abu Hilal melaporkan secara resmi ke Pimpinan Muhammadiyah Pusat Jakarta, karena merasa kegiatan ibadahnya diusik. (fit)


sumber:okezone.com

0 komentar:

Posting Komentar

KOMPAS.com