Minggu, 23 Agustus 2009

Jasad Utuh Dikubur 26 Tahun, Keluarga Takut Disamakan Ponari (3)

Makam KH Abdullah Mu'min (Okezone)
TANGERANG - Pihak keluarga almarhum KH Abdullah Mu'min di Jalan Garuda Pintu Air, Jurumudi Baru, Benda, Kota Tangerang, mengaku sempat didatangi polisi untuk menanyakan peristiwa tersebut.

Setelah dijelaskan aparat kepolisian akhirnya mengerti. Menurut M Ikbal, cucu Kiai Abdullah, keluarganya takut jika nantinya kejadian ini menarik banyak pengunjung seperti kejadian Ponari.

Kejadian jenazah masih utuh ini tentu saja menarik perhatian. Jika nantinya ada tim ahli forensik yang akan melakukan penelitian, pihak keluarga menjawab dengan tegas tidak akan dilakukan pembongkaran.

Pasalnya, akan terjadi perbedaan persepsi dan itu nantinya akan menimbulkan hal yang tidak diinginkan di masyarakat. "Kami tidak akan membongkar jika nanti akan dilakukan penelitian. Mungkin saja masyarakat sekitar terutama bisa marah," ucap Ahmad Fathi, putra kelima almarhum KH Abdullah Mu'min .

Menurut Ahmad, ayahnya seorang Betawi asli yang lahir di Tangerang dan bekerja sebagai Wakil Ketua Pengadilan Agama Negeri Tangerang. Masyarakat menganggap Abdullah Mukmin sebagai panutan, tokoh masyarakat, dan ulama.

Kendati demikian kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat tidak membuat ayahnya lupa diri. Malah sebaliknya, ayahnya selalu mengajarkan kepada anak didiknya, khususnya anaknya, untuk hidup sederhana dan selalu mengutamakan Allah dalan setiap perbuatan.

"Ayah saya sangat sabar sekali dan hidupnya sangat sederhana," kenangnya kembali.

Kecintaan kepada keluarga dan Allah terlihat dari dirinya yang selalu bersentuhan dengan Al Quran dan mengajarkan mengaji. Bahkan Kiai Abdullah ingin agar anak-anaknya kelak bisa mengikuti dirinya.

Kendati demikian Kiai Abdullah bukanlah sosok yang fanatik dengan ras dan agama. Sebaliknya ia sangat menghormati perbedaan keyakinan. Namun Ahmad tidak menampik jika ayahnya itu akan menolak jika menikahkan orang jika dalam perayaan pernikahan nanti diadakan hiburan seperti dangdut atau organ tunggal.

"Ayah saya bukan pendakwah, tapi guru ngaji dan dia berharap agar anaknya mau mengikuti jejaknya, tapi saya sulit sekali," akunya.

Ahmad menjelaskan, Abdullah menetap di wilayah itu selama 25 tahun, tepatnya pada 1950. Selanjutnya menikahi Rohani yang merupakan istri pertamanya dan mendapatkan dua anak.

Keinginannya untuk memberikan pelajaran agama ditingkatkan dengan mendirikan sekolah Al Taqwa dan Yayasan Perguruan dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Islahuddiniyah yang lokasinya tidak jauh dari rumahnya. Dan kini sekolah itu masih tetap berjalan dan diharapkan bisa memberikan pendidikan agama bagi masyarakat sekitar.(ton)
okezone.com

0 komentar:

Posting Komentar

KOMPAS.com